03 September 2010

Kesenjangan Sosial yang Menampar

Pagi itu saya berjalan pagi menyusuri komplek dimana saya tinggal. setelah berapa lama berteduh di sebuah pohon dekat terminal. beberapa saat mendekat seorang ibu dengan dengan membawa sepeda butut, dengan berpeluh dia membawa barang dagangannya di belakang sepeda. dia membawa satu keranjang tutut ( sejenis keong kecil yang berwarna hitam ) yang sudah di masak. Setelah saling menyapa, saya tanyakan berapa harga tutu tersebut. Saya benar benar kaget ketika dia memberi tahu bahwa harganya 1 kantong hanya seribu, satu kantong kurang lebih 50 tutut. Satu hari dua puluh bungkus, berarti sehari harus mencari 1000 tutut. pikir saya sebuah angka yg susah di cari melihat semakin seedikitnya area sawah di sini. saya tanya lagi bisa berapa hari ibu mengumpulkan tutut? dia jawab 3 hari. Jadi dia akan berjualan setelah 3 hari. Setelah dapat baru di olah dan di masak. Saya termangu mendengar jawaban ibu itu. Mungkin dia bekerja mencari disawah sawah, di bawah terik matahari,,mungkin juga melibatkan anak anaknya, dan baru 3 hari bisa dijual.Mungkin barangkali saaudara kita inilah yang termasuk golongan miskin.
Sekitar seminngu kemudian saya dan kawan kawan blogger subang makan di sebuah rumah makan yang tidak terlalu mewah, sebuah tempat di kawasan atas subang, Makanannya lumayan lejat pikirku. Selepas pulang dari acara makan makan tersebut, saya terdiam di rumah. Hari itu makan makan harus membayar 180.000. sesaat teringat ibu penjual tutut, kasihan pikirku. berarti hari itu saya sama dengan telah memakan 9000 tutut dalam hitungan menit. Dan jumlah itu bisa dikumpulkan selama berbulan bulan,, tanpa terasa air mata sampe menetes. Inilah potret kemiskinan kita. Ada kesenjangan ekstrem antara lapisan atas dan lapisan bawah. ini tugas kita untuk memperpendek kesenjangan itu.

1 komentar:

yanu mengatakan...

tutut emang khas juga ditemukan di kolam-kolam ikan warga subang pasca panen ikan. Pada saat panen, para tetangga pemilik langsung menyerbu ke dasar kolam yang penuh lumpur berburu tutut, dan syukur2 dapet ikan nila. hasilnya, sebagian orang menjualnya (dengan amat sangat murah) dan sebagian lain dikonsumsi sendiri.

PS. padahal tutut bisa diolah jadi menu kelas tinggi di restoran berbintang, dan kata temen tutut "berprotein" tinggi..wallahu'alam.