19 Agustus 2010

Ketika " Keangkuhan " itu terkulai...Part 1

Saat bersentuhan dengan dunia malam,,adalah surga bagiku. Pesantren yang telah diselesaikan,,bak angin berlalu tak ada bekas,,bagai air tertumpah di tanah. Dengan angkuhnya,,,malam demi malam ku taklukan dengan segala gemerlapnya,,Cafe demi cafe,,,karaoke demi karaoke,menjadi bayang bayang surgawi.Aneh...kekuatan keangkuhan itu melenyapkan cinta dari sebuah keluarga yang sudah terbina,,,Di sebuah sudut kota Subang..tulisan ini dimulai.
Hari itu,menjelang shalat subuh dengan sorban yang membelit baju koko..ku berjalan menelusuri jalan kota menuju sebuah masjid. hari hariku di habiskan di sebuah mesjid, lumayan besar masjid itu, walau kadang tak selalu bertemu dengan makmumnya. Lidahku selalu basah dengan dzikir dan alunan ayat ayat alquran. Disebuah masjid besar yang kosong..terasa menggema ayat ayat itu. Sanubari kesombongan lebur...hancur, Indah sampai saat ku menuju rumah. Walau aroma kemaksiatan kerap kali ditemui ketika menyusuri jalan menuju mesjid.Salam terucap ketika memasuki pintu rumah,,tak lupa cium pipi dari sang istri. " assalamu'alaikum..."kataku, " waalaikum salam " istriku bangkit sambil tersenyum bangga.Tak lama kemudian, piring piring sudah tertata rapi di ruang tengah. Nampak berbagai menu makanan tersaji lengkap. selepas makan, tak lama, aku pun melentangkan badan sambil menunggu matahari muncul.Ketika matahari naik sepenggalah,,ku berangkat dengan sejuta angan angan dan harapan. dengan tekad dan semangat kuat aku mampir disebuah bank, cv yang sudah dibuat ku titipikan pada HRD, bank demi bank ku datangi satu persatu dengan harapan diterima,walau basicku bukan dari sarjana ekonomi. satu, dua, tiga sampai 20 hari kabar baik itu tak kunjung datang. Aku sudah bosan dengan tangis anak yang minta susu. " mas..si dede minta susu terus, aku malu mas kalau harus setiap hari ngutang terus di warung "kata istriku sambil mengerutkan dahinya. " ya mau bagai mana lagi bu, beberapa hari ini kita tidak punya uang " sambil ku tatap matanya dengan penuh kekalutan. "sudahlah mas, mas kerja dimana saja, kalau perlu kita jualan yang kecil kecil aja,daripada kita tidak bisa makan?" jawab istriku dengan penuh harapan. "dapat uang darimana kita untuk modalnya, jangankan buat modal makan saja kita masih ngutang"jawabku dengan sinis. " kita masih punya cincin kawin ini mas" seraya dia menunjukan jari tangannya." jangan, itu saksi kita saat pernikahan dulu". " mas, cincin ini tak berarti banyak ketika kita kesulitan, tapi cincin ini bermakna saat kita seperti sekarang " seraya memegang pundakku,, ' Baiklah,,kalau itu jalan terakhir dan terbaik buat kita" kataku sambil tersenyum. istriku tersenyum sambil memelukku, "terima kasih mas. Tak sadar hari sudah berganti malam,,yang terdengar hanya suara denting jam dari rumah sebelah, aku tidaak bisa memejamkan mata,,langit langit rumah saja terus aku pandangi dan sesekali memandangi istri dan anakku yang sedang terlelap tidur. Kata kata dan permohonnan istriku itu yang membuat terngiang ngiang, dia menginginkan perubahan dalam hidup. Mau bagaimana lagi, ku sadar posisiku yang sedang menganggur. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 malam. Aku coba bangkit menuju teras rumah. " sepi sekali di luar sana ". gumamku." ah aku mau jalan ke pasar dulu " gumamku sambil mengganti baju. Tak lupa rumah pun aku kunci dari luar, seraya menyusuri jalan menuju pasar, otakku tak pernah berhenti berdialog. " ukh...segernya udara malam hari, rame sekali suasana di pasar" ujarku sambil sejenak melupakan masalah masalah di rumah. Seiring langkahku terlihat gadis abg yang berdiri di pinggiran trotoar. mungkin ini yang di sebut pelacur itu. Mudah mudahan diriku jangan sampai terjerumus kedalam jurang kenistaan ini. Pergolakan pemikiran ini,,tapi tetap saja sambil ku memandangi para pelacur itu. sejenak mereka berbincang-bincang dengan orang yang sebaya dengan ayahku,,,tak lama kemudian dibawa perempuan itu kedalam mobil yang lumayan mewah. ( bersambung )
Read more...